Rabu, 18 Februari 2015



PETE YANG BISA NGOMONG
A
da kisah seorang ibu yang punya kebiasaan masak. Sebelumnya pernah  liat tidak, pohon pete bisa ngomong? Ini bukan difilm, tapi memang beneran terjadi. Mudah-mudahan pohonnya masih ada. Dulu si di daerah baros. kalo ada waktu kapan-kapan kita bisa sama-sama ke baros buat lihat itu pohon.
Sebutlah ibu haji eti. Kegemarannya adalah memasak. Tapi yang beda dari hobinya bu eti ini adalah masakan yang dimasak untuk diberikan kepada orang-orang. pertama, Allah selamatkan dia. Jadi, waktu itu di jembatan lima ada penggusuran besar-besaran. Rumah semeter dibayar 70 juta atau 50 juta. Dulu wektu tahun 90an, duit segitu buat ukuran tanah basar bener. Orang-orang kampung pada tergiur dan silau karna sinarnya. Maka dijuallah semua rumah, tapi rumah bu eti tidak. Banyak orang pada mengacungkan jempol buatnya.
“Wah ene, nih....Man!
Anaknya namanya Herman
“Hebat bener ibu ente, tidak doyan duit. yang lain pada jualin rumahnya, ibu ente tidak.”
Apa kata ibu haji?
“Bukannya tidak doyan, tapi saya bingung.
Apa kata allah?
“Jangan jual sekarang! kalo dijual sekarang bakalan rugi. jual setahun lagi!”
       Begutu setahun, rumah dia jual 700 juta. Itu belum berhenti sampai disitu. Begitu dia pindah ke baros, kebiasaan memberi makan kepada orang lain berlanjut. tukang ojek didepan gangnya tidak ada yang tidak kenal. Kok bisa? Karena dia selalu diberi makanan oleh bu haji.
            Pembaca yang budiman, jika ada orang yang bekerja bangunan, siapa yang bertanggungjawab memberi makanan? Yang membangun bukan? tapi ini lain. Ada orang membangun, tapi dia yang menggorengkan uli goreng dan pisang goreng. Padahal itu bukan tanggungjawab dia. Ternyata orang kampung saat itu belajar. belajar apa? Bukan saja allah saja yang menyukai orang yang berderma, tapi alam pun juga menyenangi orang yang berderma. Orang kampung menyaksikan ketika ibu haji ini menempati rumah barunya. Dalam rumah ibu Haji tidak ada satu pun pohon yang berbuah termasuk pohon pete saat itu. Begitu dia menempati menjadi penghuni rumah baru itu, semua pohon berbuah termasuk pohon pete. Sehingga saya ngomong, “Lihat tuh, pohon pete saja bisa ngomong”
            Pohon pete itu seakan memberitahu semua orang, “Saya senang dihuni sama orang yang rajin bersedekah” maksudnya bukan ngomong seperti di film kartun. Itu kan tanda dari min ayatillah. Tanda dari tanda-tanda allah, pohon pete senang dengannya.
            Pembaca yang dirahmati Allah, kalau kita punya usaha dan pengen berhasil usaha kita, pilihlah manager yang ahli ibadah, ahli bersedekah. Nanti pasti akan disenangi. bukah hanya dibidang usaha saja, semua bidang yang mencakup dalam disemua usaha manusia.






BUDI PEKERTI

        Salah satu persoalan terpenting bangsa Indonesia masa kini adalah ketidakpiawaian dan kegagalan dalam berelasi. Hal ini mencuatkan banyak gejala, terangkum dalam spectrum amat luas, dari ketidaksantunan dan budi bahasa yang buruk, sampai goyahnya kebersamaan kebangsaan. Yang sangat disayangkan oknum yang melakukan adalah orang-oran terpelajar yang mengenyam dunia pendidikan.
         Mantan Menteri Pendidikan Muhammad Nuh pernah mengatakan betap pentingnya sikap-perilaku budi pekerti dalam kehidupan sehari-sehari. Beliau membaurkan hal tersebut dalam Kurikulum 2013.  Telah disajikan seabrek mata pelajaran di sekolah mengenai kayanya pesan-pesan budi pekerti. Khususnya pada mata pelajaran PAIBP (Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti) dan PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan). Disampaikannya secara mendetail tentang budi pekerti. Pesan-pesan budi pekerti lainnya juga disampiakan secara tipis pada mata pelajaran lain seperti Bahasa dan Ilmu social.  Dari hal tersebut bisa diasumsikan, peserta didik telah mengetaui dan memahami pesan-pesan tersebut dengan baik. Namun, mengapa tetap saja kita dapati berulang kali perilaku buruk orang-orang disekitar kita, yang tidak mencerminkan kepemilikan budi pekerti nan memadai?
            Seorang pengamat Psikologi dari STFF Widya Sasana , Limas  Susanto Sp. K.J mengatakan ada dua Kategori jawaban  mengenai masalah tersebut. Yang pertama, Konstituensi yang berandil mewujudkan ketidakpiawaian dan kegagalan berelasi. Bukan hanya para peserta didik, mahasiswa, melainkan pula orang-orang Indonesia yang tidak lagi bersekolah formal. Mereka adalah politikus, birokrat, orangtua, penguasa, dan wara masyarakat lain. Merekapun pernah mendapat pesan-pesan budi pekerti. Namun, adakah mereka masih mengetahui dan memahami pesan budi pekerti itu? Adakah mereka juga masih mengejawantahkan penetahuan dan pemahaman itu dalam sikap dan perilaku riil sehari-hari?
Jawaban kedua, perwujudnyataan sikap dan perilaku tidak senantiaa seiring-sejalan-sesuai (jonsonan) dengan pengetahuan dan pemahaman. Pengetahuan saja tidak akan menjamin perbaikan sikap dan perilaku, apalagi menjammin tumbuh kembang. Untuk mengejawantahkan perbaikan sikap dan perilaku , manusia perlu tahu (know), juga kesempatan berlatih mendemostrasikan (show), dan melakukan (do) yang ia ketahui. (Intisari, 2004)
Jadi, mengejewantahkan perbaikan sikap dan perilaku tidak bisa denngan menuturi, menyampaikan cerita, menguliahi (tell), tapi perlu dengan memperaakan, menunjukkan contoh, dan melakukan.
Saat ini pelajar khususnya siswa dan mahasiswa dituntut tahu dan paham banyak hal, tetapi mendapat sedikit sekali kesempatan untuk berlatih mengejawantahkan yang mereka ketahui dan pahami dalam praktikum. Serta amat kuran mendapatkan contoh atau teladan riil sikap-perilaku yan susai. Tidak heran, hasilnya insane-insan yang pintar berbicara, bercerita, bercermah tetapi kurang berbudi pekerti. Sikap-perilaku mereka tidak sesuai dengan yang mereka katakana dan cermahkan.
Nah dari paparan diatas, masihkah kita hanya sebagai orang yang pandai dalam tell and say. Yuk rubah sikap dan perilaku kita “Talk  Less Do More” . Semoga bermanfaat salam pelajar. Belajar, Berjuang dan Bertaqwa.

Kata mutiara
“Pendidikan bukan cuma urusan memperbanyak isi memori otak atau mencari tahu sesuatu yang tidak diketahui sebelumnya. Namun lebih dari itu adalah upaya menghubunkan semua yang sudah diketahui dengan hal-hal yang masih menjadi misteri”

Business

Entri Populer